LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II SINTESIS ASPIRIN
BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Tujuan
Menjelaskan dan terampil dalam
melakukan sintesis aspirin dari asam salisilat.
II.
Dasar Teori
Pada pembuatan
aspirin, asam salisilat (o-hydroxiy benzoic acid) berfungsi sebagai
alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Aspirin (asam
asetil salisilat) bersifat analgesik yang efektif sebagai penawar nyeri. Selain
itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflamasi untuk mengurangi sakit pada
cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat
antipretik yang berfungsi sebagai obat penurun demam. Biasanya aspirin dijual
dalam bentuk garam natriumnya, yaitu natrium asetil salisilat. Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi yang memasukkan gugus asetil ke dalam suatu substrat yang sesuai. Gugus asetil adalah R-C-OO (dimana
R merupakan alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam
asetil salisilat atau acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan
cara asetilasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat)
menggunakan anhidrida asetat dengan bantuan sedikit asam sulfat pekat sebagai katalisator
(Baysinger,2004).
Rekristalisasi adalah pemurnian
suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara mengkristalkan
kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip
rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan
dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang terjadi
dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan
dengan cara menjenuhkannya (Wahyudi, 2003).
Aspirin
bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu,
aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada
cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat
antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40
juta pound aspirin diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan
aspirin mencapai 300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap
tahunnya. Penggunaan aspirin secara berulang-ulang dapat mengakibatkan
pendarahan pada lambung dan pada dosis yang cukup besar dapat mengakibatkan
reaksi seperti mual atau kembung, diare, pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis
rata-rata adalah 0.3-1 gram, dosis yang mencapai 10-30 gram dapat mengakibatkan
kematian (George Austin, 1984 ).
BAB II
METODE KERJA
2.1
Alat dan Bahan
2.1.1
Alat
1.
Cawan Uap
2.
Corong
3.
Erlenmeyer
4.
Gelas Ukur
5.
Hot Plate
6.
Kertas Saring
7.
Oven
8.
Pipet Tetes
9.
Plat Tetes
10.
Spatula
11.
Tabung Reaksi
2.1.2
Bahan
1.
Asam Salisilat
2.
Asam Asetat Anhidrat
3.
Etanol
4.
H₂SO₄
5.
FeCl₃
2.2
Cara Kerja
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Dimasukan 1,7 gram asam
salisilat ke Erlenmeyer ditambahkan 2,5
ml asam asetat anhidrat dan 2 tetes asam sulfat.
3.
Dipanaskan dan diaduk hingga
larut selama 15 menit.
4.
Didinginkan sampel hingga
terbentuk kristal
5.
(Rekristalisasi) disaring, lalu
residu ditambahkan etanol
6.
Dipanaskan dan didinginkan
Kembali agar mendapatkan kristal yang lebih murni
7.
Kristal yang didapat, dioven
dan dihitung redemennya
2.3
Sifat Fisika dan Kimia
1.
Asam Salisilat (Dirjen POM,
1979)
Nama resmi : Acidium Salicylicum
Rumus kimia : C₇H₆O₃
Sinonim : Asam salisilat
BM : C₇H₆O₃
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna
atau serbuk
berwarna putih: hampir tidak berbau: rasa
agak
manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan
dalam 4 bagian
etanol (95 %) P:mudah larut dalam kloroform
P
dan dalam eter P:larut dalam ammonium asetat
P,dinatrium hidrogenfosfat P,kalium sitrat P
dan
natrium sitrat P
Titik leleh : Suhu lebur antara 158,50 dan 1610
Kegunaan umum: Sebagai anti fungi,
keratolikum.
Kegunaan dalam praktikum: Sebagai bahan utama pembentuk
metal
salisilat
2.
Asam Sulfat (Dirjen POM,1995)
Nama resmi : Acidum sulfuricum
Sinonim : Asam sulfat
Rumus kimia : H2SO4
Berat Molekul :
98,07
Pemerian : Cairan jernih, seperti minyak,
tidak berwarna, bau
sangat tajam dan porosity.
Kelarutan : Bercampuran dengan air dan dengan
etanol,
dengan menimbulkan panas.
Berat jenis :
lebih kurang 1,84
Kegunaan Umum: Sebagai zat tambahan
Kegunaan dalam praktek: Sebagai katalisator
3.
Anhidrida Asetat (Dirjen POM,
1979)
Nama Resmi : Acidum acetic anhidrida
Nama Lain : Asam asetat anhidrida
Rumus Molekul : (CH₃CO)₂O
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna,
berbau tajam,
mengandung tidak kurang dari 95 % C₄H₆O₃
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai reaktan
4.
Aspirin (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Acidum acetylosalicylicum
Sinonim : Asetosal, asam asetilsalisilat
Rumus kimia : C₈H₉O₄
Titik lebur : 141⁰ sampai 144⁰C.
Berat molekul : 180,16
Pemerian : Hablur tidak berwarna, hablur
serbuk, tidak
berbau ,rasanya agak pahit.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam etanol
(95%)P larut dalam
iodoform P dan dalam eter P
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan :
hasil akhir dari sintesa
Khasiat :
Analgetik dan antipiretik
BAB
III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
Kertas Saring Kosong |
Kertas Saring Isi |
Uji FeCl₃ |
1,050 gram |
2,100 gram |
Negative (-) |
3.2 Perhitungan
1.
Mol Asam Salisilat = 0,012 mol
2.
Berat Teoritis = mol Asam Salisilat x BM Aspirin
=
0,012 mol x 180,157 g/mol
=
2,161 gram
3.
Berat Percobaan = w. kertas saring isi – w. kertas saring
kosong
=
2,100 gram – 1,050 gram
= 1,05 gram
4.
Rendemen (%) = x 100 %
= x 100 %
= 48,588 %
5.
Kesalahan Relatif = x 100 %
= x 100 %
=
51,411 %
3.3 Reaksi
3.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai sintesis
aspirin. Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) merupakan salah satu
bentuk aromatik asetat yang dapat disintesa dengan reaksi esterifikasi gugus
hidroksi fenolat dari asam salisilat dengan menggunakan asam asetat. Asam
salisilat jika direaksikan dengan FeCl₃ menghasilkan warna ungu karena gugus OH
bereaksi dengan FeCl₃ yang menandakan reaksi kompleks. Jika sudah menjadi
aspirin dan direaksikan dengan FeCl₃ mendapatkan hasil tidak membentuknya warna
ungu dikarenakan pada aspirin sudah tidak ada lagi gugus fenolnya dan
digantikan dengan COOH (asetil) sehingga tidak terbentuk warna ungu.
Bahan utama dalam
sintesis aspirin ini adalah asam salisilat. Asam salisilat dicampurkan dengan
asetat anhidrat, penggunaan asetat anhidrat adalah agar mencegah adanya air
kristal pada akhir reaksi. Kemudian ditambahkan 3 tetes H₂SO₄ pekat, tujuan
penambahan H₂SO₄ pekat adalah sebagai katalisator, yakni untuk mempercepat
reaksi. Campuran dipanaskan dengan menggunakan penangas air yang berfungsi
untuk mempercepat reaksi serta kelarutan asam salisilat sehingga tercampur
dengan baik hal ini dikarenakan proses pemanasan akan mempercepat gerak kinetik
dari molekul-molekul yang ada dalam larutan sehingga laju reaksi akan semakin
cepat dan reaksi berjalan cepat. Pemanasan dilakukan dengan menjaga suhu
berkisar antara 60°C-70°C agar tidak terjadi dekomposisi atau penguraian
senyawa menjadi penyusunnya, dan merupakan suhu optimal pada pembentukan
aspirin. Jika suhu yang digunakan di atas 70°C maka aspirin yang terbentuk
dapat terurai dikarenakan titik leleh
aspirin di atas 70°C dan bila suhu yang digunakan dibawah 50°C maka reaksi yang
terjadi akan berlangsung lambat.
Hasil
rekristalisasi aspirin membentuk kristal karena perbedaan kelarutan antara zat
yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur. Larutan yang terjadi
dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan
dengan cara menjenuhkannya.
Hasil
akhir yang didapat pada pengujian dengan FeCl₃ mendapatkan hasil negatif. Hal
ini bisa terjadi karena pada saat proses rekristalisasi tidak sempurna, hasil
kadar redemennya lebih rendah yaitu 48,588 % daripada kesalahan relatifnya
yaitu 51,411 %. Kemurnian dari senyawa yang dihasilkan dapat diketahui dengan
hasil dari kadar redemennya lebih besar daripada kesalahan realtifnya, jika
direaksikan dengan FeCl₃ sudah tidak terbentuk warna ungu dan melting point
yaitu penentuan titik lebur. Jika aspirin direaksikan dengan FeCl₃ menghasilkan
warna ungu maka aspirin belum murni masih terdapat senyawa asam salisilatnya.
BAB
IV
KESIMPULAN
Setelah dilakukan percobaan
mengenai analisi aspirin dapat disimpulkan bahwa:
1.
Aspirin dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan asam
asetat anhidrat menggunakan asam sulfat sebagai katalisator
2.
Hasil rekristalisasi aspirin berbentuk
kristal.
3.
Kemurnian aspirin dapat diketahui dengan hasil dari kadar
redemennya lebih besar daripada kesalahan realtifnya, jika direaksikan dengan
FeCl₃ sudah tidak terbentuk warna ungu dan melting point yaitu penentuan titik
lebur
4.
Kadar redemen yang dihasilkan dalam percobaan yaitu 48,588% dan
kesalahan relatif yang didapatkan yaitu 51,411% yang menandakan pembentukan
aspirin belum sempurna atau belum murni.
5.
Pada proses pengujian dengan menggunakan FeCl3, menghasilkan warna
larutan ungu yang menandakan aspirin belum murni.
DAFTAR PUSTAKA
Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical
Process Industries. 5th ed. McGra- Hill Book Co:
Singapura
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook
Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Wahyudi, Iskandar,
S.M. & Parlan. 2003. Common Text Book Kimia Organik II. Malang :
JICA.
Komentar
Posting Komentar